Membangun Sinergitas Pemanfaatan Internet Dari Generasi Millenial - berandaagung

Breaking

Post Top Ad

Post Top Ad

Selasa, Juli 18, 2017

Membangun Sinergitas Pemanfaatan Internet Dari Generasi Millenial

image: qureta.com
Tantangan dan Peluang Generasi Abad 21”

Tibanya era informasi telah mengubah wajah dunia yang seakan diretas oleh teknologi termutakhir, bernama interconnection-networking atau yang disingkat Internet, yaitu suatu sistem komputerisasi dalam jaringan global yang menghubungkan berbagai hal satu sama lainnya untuk saling bertukar pesan. Perkembangannya semakin meluas dan membawa pengaruh yang sangat signifikan, bahkan perlahan-lahan nampak menggeserkan perilaku tradisional di samping modernitas yang maju bersama kelahiran generasi millennial.

Generasi millenial atau Millenials adalah kelompok demografis (cohort) setelah Generasi X. Generasi yang lahir diantara tahun 1980-an sampai 2000-an biasanya dikatakan sebagai generasi millennial. Jadi dapat dikatakan generasi millennial adalah generasi muda masa kini yang saat ini berusia dikisaran 15 – 34 tahun dengan persentase mencapai 34,45% dari jumlah populasi penduduk Indonesia. Generasi millenial Indonesia pun akan berperan penting jika dilihat dari skala jumlah populasi penduduk se-Asia Tenggara. Mengutip data dari swa.co.id, bahwa dari sepuluh negara anggota ASEAN diperkirakan jumlah total penduduknya mencapai 625 juta dan sebanyak 23%-nya adalah generasi millenial dari Indonesia.

Popularitas Internet terus meningkat bertepatan dengan eksistensi generasi millennial. Dalam suasana futuristik generasi millenial pun saat ini tentunya sedang menikmati kecanggihan perkembangan teknologi yang jelas sangat berbeda dari era sebelumnya. Di samping itu terdapat tantangan sekaligus peluang tersendiri yang harus dihadapi secara khusus pada pertumbuhan generasi millenial saat ini. Jumlahnya diprediksi akan mendominasi populasi penduduk usia produktif dalam kurun waktu 5 sampai 10 tahun ke depan.  Namun tidak menutup kemungkinan bahwa generasi muda Indonesia juga menjadi target globalisasi yang dapat mengekang dan mengikis kearifan lokal bangsa atas nama modernitas. Sebagai sumbangsi Millenials Indonesia pun dapat memanfaatkan perkembangan teknologi dan informasi saat ini dengan saling berjejaring menjalin konektivitas dan kolaborasi baik secara global maupun dalam kesatuan bangsa Indonesia.


Kita ketahui bahwa internet telah memudahkan pengaksesan data dan informasi secara meluas yang terhubung dari berbagai sumber seperti melalui media online, olehnya itu pun diperuntuhkan untuk memenuhi berbagai macam kebutuhan penggunanya. Namun perlu disadari juga penggunaan internet turut membentuk perilaku tertentu dari penggunanya yang kemudian akan memberikan dampak pada keberlangsungan hidup manusia serta lingkungannya. Hal tersebut tentunya menjadikan kita untuk memposisikan diri dalam memahami ruang lingkup dari perkembangan teknologi.

Menurut Blummer, J.G., dan E. Katz, ed. (1974), dikemukakan bahwa terdapat perilaku tertentu yang dapat dilihat berdasarkan kebutuhannya dalam menggunaan media online, diantaranya kebutuhan secara kognitif, afektif, integratif personal, integratif sosial maupun hiburan sebagai pelepasan emosi.

Pengertian dari perilaku itu sendiri merupakan hasil dari segala macam pengalaman serta interaksi manusia dengan lingkungannya yang terwujud dalam bentuk pengetahuan, sikap dan tindakan. Dengan kata lain, pentingnya menyadari perilaku dengan memahami, menyikapi, serta melakukan tindakan yang tepat, sehingga dapat mencapai tujuan dari penggunaan teknologi internet secara keseluruhan dalam kehidupan sehari-hari. Penggunaan internet dengan platform seperti media sosial kebanyakan dimanfaatkan oleh generasi muda sebagai ruang eksistensi gaya hidup yang kian mengarah pada pemaknaan identitas, dan juga tanpa sadar menciptakan lingkungan pengguna yang memiliki egosentris secara personal maupun kelompok dalam tautan masyarakat virtual.

J. Sudriyanto, (1992:4) menjelaskan egosentris didasarkan pada keharusan individu untuk memfokuskan diri dengan tindakan apa yang dirasa baik untuk dirinya. Egosentris mengklaim bahwa yang baik bagi individu adalah baik untuk masyarakat. Orientasi etika egosentris bukannya mendasarkan diri pada narsisisme, tetapi lebih didasarkan pada filsafat yang menitikberatkan pada individu atau kelompok privat yang berdiri sendiri secara terpisah seperti “atom sosial”. Merespon hal tersebut maka perlunya penanganan edukasi sejak dini dalam memanfaatkan teknologi internet berserta ketersediaan informasi secara tepat guna.


Melihat hasil survei yang dilakukan oleh APJII (Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia), jumlah pengguna Internet di Indonesia terus mengalami kenaikan sebesar 44,6 juta dalam waktu 2 tahun (2014 – 2016). Jika dibandingkan pada tahun 2014 yang hanya sebesar 88,1 juta pengguna, di tahun 2016 adalah 132,7 juta pengguna atau sekitar 51,5% dari total jumlah penduduk Indonesia sebesar 256,2 juta. Meningkatnya penggunaan internet pun diperlukan kesadaran masyarakat dalam pemanfaatannya yang tidak hanya sebagai peluang komersialisme, tetapi juga dapat memberikan kontribusi dan edukasi dalam kemajuan bangsa Indonesia.

Di sisi lain mengenai perilaku penggunaan Internet pun meningkat bersamaan dengan budaya konsumerisme masyarakat Indonesia, yang terlihat dari kebanyakan mengunjungi konten web onlineshop mencapai sebesar 82,2 juta pengguna atau 62%, bisnis personal 45,3 juta pengguna atau 34,2%, dan lainnya 5 juta pengguna atau 3,8%. Berdasarkan data tersebut maka diperlukan penanggulangan yang dapat mengarahkan populasi generasi millenial Indonesia untuk mengambil peran baik dalam memanfaatkan perkembangan teknologi dan ketersediaan informasi.

Millenials membutuhkan kolaborasi serta kolektivitas dari setiap individu yang memiliki caranya masing-masing dalam memenuhi kebutuhan satu sama lainnya. Memahami visi menjadi langkah awal yang penting diperbincangkan untuk menjaga konsistensi dalam tingginya fleksibilitas kerja generasi millenial. Mengutip gagasan dari Hermawan Sutanto, Chief Commercial Officer dari Bizzy.co.id, mengatakan ketergantungan generasi millenial pada teknologi dan sifat mereka yang ingin selalu berkontribusi dalam komunitas, membuat Millenials selalu ingin menggunakan produk dan jasa yang menggunakan teknologi. Hal itu berarti, setiap anak muda saat ini berpotensi melakukan kolaborasi dan memberikan kontribusi pada perkembangan teknologi itu sendiri melalui penggunaannya yang hampir di setiap waktu.

Indonesia memiliki aset generasi millenial yang belum sepenuhnya memiliki akses pemanfaatan internet secara maksimal dalam berbagai aktitasnya. Adapun pengaksesannya tak mendominasi penggunaan informasi sebagai edukasi, melainkan menjadi objek terpaan isu atau fenomena ke dalam tren sosial atas bingkai media. Generasi millenial Indonesia tersebar di berbagai daerah dengan pengetahuan yang berbeda-beda sesuai lingkungan dan pengalamannya dalam memanfaatkan internet serta informasi, sehingga kolaborasi antar generasi pun diperlukan dalam berbagai kegiatan untuk menemukan kesetaraan pemahaman mengenai pemanfaatan internet beserta teknologi dan ketersediaan informasi. Bahkan ketersediaan informasi sebagai komoditi tak terbatas dapat dikelola oleh generasi millenial dalam berbagai bentuk gagasan konseptual dan futuristik dengan menghasilkan karya apresiatif dan inovatif melalui sinergitas dari berbagai ranah, seperti pemerintahan, pebisnis, akademisi, dan komunitas.


Daftar Pustaka
·       Blummer, J.G., dan E. Katz, ed. 1974. The Uses of Mass Communication: Current Perspectives on Gratifications Research. Beverly Hill, CA: Sage.
·       Agung Ramadhan. 2016. Skripsi; Perilaku Pengguna Media Online Pada Komunitas Palu Skateboarding Dalam Memenuhi Kebutuhan Informasi. Universitas Tadulako.
·       https://apjii.or.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Post Top Ad